Memenuhi kebutuhan Videography, Photography, Komputer, dan Internet. Visit Us Now!

Loading

Tuesday, March 15, 2011

PROSESI PERNIKAHAN ADAT CINA


A. MENJELANG PERNIKAHAN, terdiri dari:
- Melamar
Peranan penting dalam proses lamaran ini adalah mak comblang. Biasanya mak comblang datang dari pihak mempelai pria. Dia adalah seseorang yang biasanya ditunjuk atau dituakan.
- Penentuan
Bila telah terjadi kesepakatan bahwa lamaran diterima, maka akan diadakan penentuan bilamana hantaran dan mas kawin bisa dilaksanakan.

- Sangjit
Pada hari yang sudah ditentukan, pihak pria/keluarga pria dengan mak comblang dan kerabat dekat mengantar seperangkat lengkap pakaian mempelai pria dan mas kawin. Mas kawin dapat memperlihatkan gengsi, kaya atau miskinnya keluarga calon mempelai pria. Semua harus dibungkus dengan kertas merah dan warna emas. Selain itu juga dilengkapi dengan uang susu (ang pauw) dan 2 pasang lilin. Pada umumnya angpao hanya diambil sebagian saja dan lilin dikembalikan.
- Tunangan
Pada saat pertunangan ini, kedua keluarga saling memperkenalkan diri dengan panggilan masing-masing, seperti yang telah diuraikan pada Jelajah No. 3.
- Penentuan Hari Baik, Bulan Baik
Suku Tionghoa percaya bahwa dalam setiap melaksanakan suatu upacara, harus dilihat hari dan bulannya. Apabila jam, hari dan bulan pernikahan kurang tepat akan dapat mencelakakan kelanggengan pernikahan mereka. Oleh karena itu harus dipilih jam, hari dan bulan yang baik. Biasanya semuanya serba muda yaitu : jam sebelum matahari tegak lurus; hari tergantung perhitungan bulan Tionghoa, dan bulan yang baik adalah bulan naik / menjelang purnama.

B. UPACARA PERNIKAHAN, terdiri dari:
a. Pemasangan Sprei
3 - 7 hari menjelang hari pernikahan diadakan “memajang” keluarga mempelai pria dan famili dekat. Mereka berkunjung ke keluarga mempelai wanita. Mereka membawa beberapa perangkat untuk menghias kamar pengantin. Hamparan sprei harus dilakukan oleh keluarga pria yang masih lengkap (hidup) dan bahagia. Di atas tempat tidur diletakkan mas kawin. Ada acara makan-makan bersama. Calon mempelai pria dilarang menemui calon mempelai wanita sampai hari H.

b. Liauw Tiaa (Pesta Bujang)
Malam dimana esok akan diadakan upacara pernikahan. Upacara ini biasanya dilakukan hanya untuk mengundang teman-teman calon kedua mempelai. Tetapi adakalanya diadakan pesta besar-besaran sampai jauh malam. Pesta ini diadakan di rumah mempelai wanita. Pada malam ini, calon mempelai boleh digoda sepuas-puasnya oleh teman-teman putrinya. Malam ini juga sering dipergunakan untuk kaum muda pria mencari pacar

C. UPACARA SEMBAHYANG TUHAN ”Cio Tao”
Di pagi hari pada upacara hari pernikahan, diadakan Cio Tao. Namun, adakalanya upacara Sembahyang Tuhan ini diadakan pada tengah malam menjelang pernikahan. Upacara Cio Tao ini terdiri dari :
- Penghormatan kepada Tuhan
- Penghormatan kepada Alam
- Penghormatan kepada Leluhur
- Penghormatan kepada Orang tua
- Penghormatan kepada kedua mempelai.
Meja sembahyang berwarna merah 3 tingkat. Di bawahnya diberi 7 macam buah, COntohnya: Srikaya,sebagai lambang kekayaan. Di bawah meja harus ada jambangan berisi air, rumput berwarna hijau yang melambangkan alam nan makmur. Di belakang meja ada tampah dengan garis tengah 2 meter dan di atasnya ada tong kayu berisi sisir, timbangan, sumpit, dll. yang semuanya itu melambangkan kebaikan, kejujuran, panjang umur dan setia.

Kedua mempelai memakai pakaian upacara kebesaran Cina yang disebut baju “Pao”. Mereka menuangkan teh sebagai tanda penghormatan dan memberikan kepada yang dihormati, sambil mengelilingi tampah dan berlutut serta bersujud. Upacara ini sangat sakral dan memberikan arti secara simbolik.

D. DI KELENTENG
Sesudah upacara di rumah, dilanjutkan ke Klenteng. Di sini upacara penghormatan kepada Tuhan Allah dan para leluhur.

E. PENGHORMATAN ORANG TUA DAN KELUARGA
Kembali ke rumah diadakan penghormatan kepada kedua orang tua, keluarga, kerabat dekat. Setiap penghormatan harus dibalas dengan “ang pauw” baik berupa uang maupun emas, permata. Penghormatan dapat lama, bersujud dan bangun. Dapat juga sebentar, dengan disambut oleh yang dihormati.

F. UPACARA PESTA PERNIKAHAN
Selesai upacara penghormatan, pakaian kebesaran ditukar dengan pakaian “ala barat”. Pesta pernikahan di hotel atau tempat lain. Usai pesta, ada upacara pengenalan mempelai pria ( Kiangsay ). Mengundang kiangsay untuk makan malam, karena saat itu mempelai pria masih belum boleh menginap di rumah mempelai wanita.

G. SETELAH PERNIKAHAN
Tiga hari sesudah menikah diadakan upacara yang terdiri dari:
1. Cia Kiangsay
2. Cia Ce’em
Pada upacara menjamu mempelai pria (”Cia Kiangsay”) intinya adalah memperkenalkan keluarga besar mempelai pria di rumah mempelai wanita. Mempelai pria sudah boleh tinggal bersama. Sedangkan “Cia Ce’em” di rumah mempelai pria, memperkenalkan seluruh keluarga besar mempelai wanita.
Tujuh hari sesudah menikah diadakan upacara kunjungan ke rumah-rumah famili yang ada orang tuanya. Mempelai wanita memakai pakaian adat Cina yang lebih sederhana.

PERUBAHAN YANG BIASA TERJADI PADA ADAT UPACARA PERNIKAHAN
* Ada beberapa pengaruh dari adat lain atau setempat, seperti: mengusir setan atau mahkluk jahat dengan memakai beras kunyit yang ditabur menjelang mempelai pria memasuki rumah mempelai wanita. Demikian juga dengan pemakaian sekapur sirih, dan lain-lain.

* Pengaruh agama, jelas terlihat perkembangannya. Sekalipun upacara Sembahyang Tuhan / Cio Tao telah diadakan di rumah, tetapi untuk yang beragama Kristen tetap ke Gereja dan upacara di Gereja. Perubahan makin tampak jelas, upacara di Kelenteng diganti dengan di gereja.

* Pengaruh pengetahuan dan teknologi, dapat dilihat dari kepraktisan upacara. Dewasa ini orang-orang lebih mementingkan kepraktisan ketimbang upacara yang berbelit-belit. Apalagi kehidupan di kota-kota besar yang telah dipengaruhi oleh teknologi canggih.

Sebagai suatu pranata adat yang tumbuh dan mempengaruhi tingkah laku masyarakat yang terlibat di dalamnya, sasaran pelaksanaan adat pernikahan Tionghoa mengalami masa transisi. Hal ini ditandai dengan terpisahnya masyarakat dari adat pernikahan tersebut melalui pergeseran motif baik ke arah positif maupun negatif dan konflik dalam keluarga.

Dewasa ini masyarakat Tionghoa lebih mementingkan kepraktisan ketimbang upacara adat. Hampir semua peraturan yang diadatkan telah dilanggar. Kebanyakan upacara pernikahan berdasarkan dari agama yang dianut.

SHIO, JAM, DAN TANGGAL LAHIR
Jaman dulu, dimana orang masih piara abu leluhur, begitu para ortu udah oke oke nih, comblang mintain jam dan tanggal lahir si cewek, otomatis ketauan shionya dan elemennya, apa kayu, api, air, logam, atau tanah. Tanggal ini terus ditaroh di meja sembahyang selama tiga hari. Dalam jangka waktu tiga hari ini kalau ada tanda tanda jelek, misalnya ortu sama ortu cekcok, atau mendadakan ada yang sakitan, lantas dicurigai tanggalnya “ciong” atau tidak cocok. langsung deh dibawa tuh tanggal ke tukang “kuamia” minta tolong dilihat antara si cowok dan si cewek ada jodoh ngga. Jika tukang kuamia bilang boleh, baru calon besan ketemuan. apabila tukang kuamia bilang jangan, pernikahan batal.

Jaman sekarang biasanya anak sama anak bilang mau kawin dulu, kemudian orangtua akan datang ke tukang ngitung hari itu, biasanya pake buku “Tong su” dan minta dicariin tanggal yang bagus untuk kedua belah pihak. Tidak bisa bilang “jangan” pokoknya mau kawin si A sama si B minta tanggal yang paling bagus. Tetapi masalahnya si tanggal ini suka suka susah keluarnya. Dan kalau yang susah gitu diambil yang paling mendingan. Dan untuk masalah tanggal ini, biasanya dikasih pilihan, tanggal ini hari minggu, lumayan bagus atau tanggal ini paling bagus, tapi jatuhnya hari kamis, atau tanggal itu… nah jadi dua keluarga bisa pilih pilih dan atur atur tanggal mana mau mengadakan pesta kawin.

ACARA KIRIM KOPER DAN PASANG SPREI
Istilahnya enggak tahu. Pokoknya pada hari yang bersangkutan ini pihak cewek mengirim wakil, biasanya perempuan yang sudah menikah, mapan dan punya anak laki laki untuk mendadani kamar pengantin. Otomatis pihak cowok sudah menyediakan si kamar pengantin berikut tanjangnya donk. Wakil dari pihak perempuan yang pasang spreinya, maksudnya biar anak cewek itu ketularan cepat punya anak laki laki gitu, seperti yang kita tahu anak laki laki buat keluarga tionghua khan penting untuk melanjutkan marga. Plus pihak cewek mengirimkan koper, tanda bahwa si anak gadis sudah “masuk” ke rumah itu atau ke keluarga cowok.

Acara koper koper lucu juga nih. Mula mula kopernya dialasi uang, uangnya makin gede makin bagus, supaya si anak gadis ini masuk ke keluarga cowok dengan bermodal gitu supaya jangan dipandang rendah oleh keluarga mertuanya kelak. Si uang ini bisa ditebarkan gitu aja, bisa juga disusun susun berbentuk kipas, jumlahnya harus genap dan komplit mulai dari pecahan terbesar (di indo seratus ribuan) sampai pecahan terkecil (limaratus rupiah apa seribu rupiah gitu). Terus di dalam koper ditebarkan “angco” atau red dates sama biji teratai. katanya si biji teratai itu bunyinya serupa sama tahun( lian = nian), biji serupa sama anak (ci =tze), dan red dates itu bunyinya serupa sama apa ya, pokoknya sebangsa buru buru atau cepet cepet atau pagi pagi gitu. Maksudnya biar cepetan punya anak gitu.

Isi koper biasanya baju baru, berapa banyak terserah, makin banyak makin mentereng. Tapi bawa kopernya harus 2 biji, sepasang, gedenya sih terserah.terus dalemnya komplit mulai baju dalem, sikat gigi, sabun, minyak wangi, alat make up, perhiasan, pokoknya segala keperluan cewek musti kumplit disitu supaya si cewek pindah nanti nggak usah minta apa yang enggak ada sama mertuanya. Terus isi koper ini sama perwakilan keluarga cewek dibongkar disaksikan sama kerabat pihak cowok, dipindah ke dalam lemari. Katanya makin komplit isi kopernya makin “dipandang” lah si menantu di keluarga suaminya. Di acara pasang sprei dan kirim koper ini si calon pengantin ngga boleh ikut. Pokoknya isi kamar pengantin bakalan jadi surprise.

Anda juga dapat membaca artikel ini DISINI

Anda Lebih Bahagia Lagi Kalau Membaca Artikel ini:

0 comments:

Post a Comment