Memenuhi kebutuhan Videography, Photography, Komputer, dan Internet. Visit Us Now!

Loading

Tuesday, November 16, 2010

PERNIKAHAN ADAT SUKU REJANG DARI LAMPUNG

Suku Rejang adalah suku terbesar yang menempati Provinsi Bengkulu. Dalam tradisi masyarakat Rejang pernikahan memiliki makna yang besar. Mereka menyebut makna pernikahan dengan Mesoa Kuat Temuun Juei, yang artinya untuk mendapatkan teman hidup dan keturunan. Selain itu, pernikahan juga untuk menghindari perbuatan tercela dan memperoleh status sosial yang lebih baik. Masyarakat suku Rejang memandang seorang laki-laki dan perempuan yang masih lajang sebagai coa ade kayo ne, yang artinya bukan orang kaya. Nah, untuk menjadi "orang kaya" atau mapan mereka harus menikah. Ini karena setelah menikah mereka akan memupuk kesejahteraan bersama untuk keluarga yang mereka bangun.

Suku Rejang memiliki pandangan tentang sebuah pernikahan yang ideal. Pandangan ideal ini berhubungan dengan sang laki-laki dan perempuan yang membangun pernikahan tersebut. Bagi masyarakat Rejang, laki-laki yang ideal untuk dijadikan suami haruslah seorang yang pintar dan terampil. Ia juga harus menguasai kebudayaannya seperti seni silat, ilmu kebatinan, pandai membuat alat senjata dan perlengkapan rumah tangga, dan pandai berkayu. Sedangkan perempuan yang ideal untuk dijadikan isteri adalah seorang perempuan yang baik tutur kata dan perilakunya, pandai berkebun dan mengurus rumah tangga, dan senang akan kebersihan.

Suku Rejang melihat ada tiga macam pernikahan. Yang pertama disebut pernikahan biasa, yaitu pernikahan yang dilakukan sesuai adat istiadat. Pernikahan ini didahului dengan acara beasen atau bermufakat antara kedua belah pihak pengantin. Jenis pernikahan kedua mereka sebut pernikahan sumbang. Pernikahan sumbang dianggap memalukan karena dilakukan setelah sang laki-laki atau perempuan melakukan hal yang tercela. Pernikahan sumbang mendapat malu dari masyarakat dan kerabat keluarga. Pernikahan yang ketiga disebut pernikahan ganti tikar atau mengebalau. Pernikahan ini terjadi ketika seorang duda yang isterinya meninggal, menikahi saudara perempuan isterinya tersebut.

Sebelum pernikahan dilangsungkan, ada prosesi yang harus dilalui oleh calon pengantin suku Rejang. Yang pertama adalah meletak uang. Meletak uang adalah upacara pemberian uang atau emas oleh laki-laki kepada calon isterinya. Upacara meletak uang merupakan simbol bahwa pasangan tersebut telah terikat dan akan menikah. Setelah itu ada upacara mengasen, yaitu acara meminang sang perempuan di rumah keluarganya. Yang terakhir adalah upacara jemejai atau semakup asen, yaitu upacara peresmian peminangan. Pada upacara ini kedua pihak yang akan menikah mengumumkan kepada masyarakat dan ketua adat bahwa mereka bertunangan dan akan segera menikah.

Pada saat pelaksanaan pernikahan, suku Rejang juga punya tradisi sendiri. Pelaksanaan pernikahan terdiri dari dua upacara yang disebut mengikeak dan uleak. Mengikeak adalah upacara akad nikah, sedangkan uleak adalah pesta merayakan pernikahan. Upacara mengikeak dan uleak biasanya dilakukan di rumah keluarga laki-laki saja atau perempuan saja. Namun, bisa juga upacara mengikeak dilakukan di rumah keluarga laki-laki dan upacara uleak dilakukan di rumah keluarga perempuan, atau pun sebaliknya. Jika masing-masing keluarga mendapat tugas menyelenggarakan upacara, maka ini disebut mengikeak keme, uleak udi yang artinya menikah kami, merayakannya kamu.

Dalam tradisi yang lama, masyarakat suku Rejang juga menggelar upacara setelah pernikahan. Yang dilakukan dalam upacara ini pertama adalah mengembalikan alat-alat yang dipinjam dari anggota dan masyarakat desa. Setelah itu ada acara pengantin mandi-mandian yang melambangkan mandi terakhir bagi kedua mempelai sebagai bujang dan gadis. Setelah itu kedua pengantin melakukan pemanjatan doa selamat, yaitu doa dalam agama Islam untuk memohon keselamatan hidup dunia dan akhirat. Acara yang terakhir adalah cemucu bioa yaitu berziarah ke makam para leluhur.Trn-Ike(30/8)pi

KLIK HERE : Sumber Selengkapnya

Anda Lebih Bahagia Lagi Kalau Membaca Artikel ini:

0 comments:

Post a Comment