Memenuhi kebutuhan Videography, Photography, Komputer, dan Internet. Visit Us Now!

Loading

Tuesday, December 21, 2010

PELUANG BISNIS PERNAK-PERNIK PERNIKAHAN


Berkah pernak-pernik pernikahan di musim perkawinan
Pernik-pernik pernikahan, seperti undangan, suvenir, dan hantaran pernikahan, tampaknya sudah menjadi barang wajib dalam resepsi pernikahan. Kondisi ini mendatangkan berkah bagi orang yang menggeluti bisnis seputar perkawinan. Saat musim perkawinan seperti sekarang, pesanan meningkat dan si pembuat untung besar.

Pesta pernikahan merupakan salah satu momen terindah yang patut dikenang sepanjang masa. Tak heran, segala macam kebutuhan pernikahan akan dipersiapkan sesempurna mungkin.

Selain gedung dan dekorasi ruangan, beberapa pernak-pernik pernikahan, semisal undangan, suvenir hingga hantaran pernikahan, tampaknya sudah menjadi hal penting dalam sebuah resepsi perkawinan.

Oleh karena itu, banyak pengusaha yang memanfaatkan ceruk pasar ini dengan menyediakan jasa-jasa menyangkut pernikahan, seperti pembuatan undangan, suvenir, hingga dekorasi hantaran pernikahan. Biasanya, hari-hari paska- Lebaran Haji seperti sekarang, waktunya para pebisnis pernak-pernik pernikahan mengeruk untung. Pasalnya, saat inilah musim nikah tiba.


Andin Sekar, pemilik usaha Daun Accessories, mengungkapkan, sejak Agustus lalu, pesanan yang datang terus merangkak naik. Beberapa jasa yang paling terasa peningkatannya adalah, pemesanan undangan hingga pembuatan suvenir pernikahan. "Naiknya pemesanan kebutuhan pernikahan tersebut bisa sampai 30%," kata Andin yang membuka usahanya di Yogyakarta.

Tak hanya cetak undangan dan suvenir, layanan pengepakan hantaran pernikahan pun ikut-ikutan melonjak. Rata- rata jumlah pemesanan cetak undangan yang datang ke tempatnya sekitar 500 unit untuk tiap konsumen. Harga jual undangan pernikahan ini mulai dari Rp 4.000 hingga Rp 25.000 per unit.

Harga jual kartu undangan tergantung dari bahan, ukuran, jumlah dan desain yang diinginkan. Menurut Andin, saat ini, undangan pernikahan yang sedang tren adalah, yang memakai kertas hard cover dengan warna-warna elegan, emas dan merah marun, misalnya.

Sedangkan, kata Andin, tren suvenir di Yogyakarta sekarang ini yakni, bentuk lampu templok minyak mini. Ukuran suvenir ini hanya 15 centimeter (cm). Selain harga jualnya relatif murah, Rp 6.000 per unit, suvenir tersebut sangat bermanfaat lantaran Yogyakarta sering mati lampu alias byarpet.

Andin mengatakan, memasuki musim nikah seperti sekarang ini, omzetnya bisa menyentuh angka Rp 50 juta sebulan. "Bahkan, hingga Januari 2011, saya tidak menerima pesanan suvenir lagi karena sudah penuh," ujarnya.

Anton Suryadi, produsen suvenir berbendera CV Surya Indah Garmindo, pun sependapat dengan Andin. Memasuki akhir tahun seperti saat ini, permintaan suvenir pernikahan meningkat sekitar 30%.

Setiap bulan, Anton bisa menerima order sekitar 10 sampai 20 klien yang memesan suvenir ke tempatnya. Beberapa produk suvenir yang banyak dipesan untuk penikahan yaitu, bentuk puzzle, keramik, mug, gantungan kunci, dan pembatas buku.

Harga jual suvenir ini beragam, mulai Rp 10.000 sampai Rp 20.000 per unit. Anton menghitung, pada musim nikah kali ini, omzet yang bisa ia dapat mencapai Rp 20 juta sebulan.

Permintaan jasa dekorasi kamar pengantin yang dijalankan oleh Ranti Birowo di Jakarta Timur juga ikutan melonjak. Melalui bendera usaha NDL Creation, sedikitnya Ranti sudah mendapat tiga klien untuk dekorasi kamar pengantin di bulan Desember nanti. Tarif jasanya, sekitar Rp 500.000-Rp 750.000 per kamar. "Di bulan biasa, kadang tidak ada sama sekali," ujar Ranti.

Ranti juga menjual keranjang hantaran pernikahan. Harga jualnya sekitar Rp 50.000 hingga Rp 100.000 per unit. Penentuan harga jual itu tergantung kualitas dan jenis bahan yang dipakai.

Meski menikmati lonjakan pesanan, omzet yang dikantongi Ranti masih di bawah Rp 10 juta sebulan. Walau begitu, dia yakin prospek usaha ini masih cerah. "Jasa pernikahan ini mengandalkan kreativitas, belum tentu setiap orang memilikinya," kata Ranti.

SUMBER : kontan.co.id

Anda Lebih Bahagia Lagi Kalau Membaca Artikel ini:

0 comments:

Post a Comment