Memenuhi kebutuhan Videography, Photography, Komputer, dan Internet. Visit Us Now!

Loading

Friday, June 24, 2011

KEUANGAN BISNIS VIDEO BERCAMPUR BAUR DENGAN KEUANGAN KELUARGA

Rekan-rekan para pengusaha videograhy! Banyak diantara kita yang memiliki usaha rumah produksi atau video shooting dengan skala kecil! Terkadang masalah keuangan dalam bisnis kecil menjadi suatu polemik yang cukup memusingkan kepala. Betapa tidak, bisnis telah berjalan sekian waktu namun tetap tidak kelihatan hasilnya. Ada yang salah? Tentu saja! Masalah pengelolaan keuangan yang amburadul. Bisnis video shooting dalam skala kecil terkadang masalah keuangan bercampur baur dengan keuangan rumah tangga atau keluarga. Bagaimana cara mengatasinya? Tentu saja dengan membuat manajemen keuangan yang baik, penulis mencoba untuk mencari suatu artikel yang berhubungan dengan bisnis video shooting hingga akhirnya ketemulah artikel berikut ini dari salah satu perencana keuangan keluarga. Berikut ini isi artikelnya:

MENCAMPUR UANG PRIBADI DAN USAHA
Oleh: Ahmad Gozali
Dikutip dari Harian Republika, Januari 2006

Assalamu'alaikum wr wb,
Saya seorang ibu rumah tangga. Suami saya bekerja sebagai pegawai swasta dengan penghasilan bersih kira-kira Rp 1,7 juta per bulan. Kami setahun ini memiliki bisnis kecil-kecilan video shooting. Modal awal kami meminjam dari saudara untuk membeli satu buah kamera yang sampai sekarang setengahnya belum terbayar.

Sebenarnya kalau dihitung-hitung keuntungan yang dimiliki lumayan per bulannya. Hanya kenyataanya sampai sekarang kami tidak memiliki tabungan. Jadi, mohon masukannya untuk mengatur antara uang rumah tangga dan bisnis ini karena keduanya saya yang memegang. Kemudian saat ini kami berencana akan membeli mesin editing dengan cara meminjam ke bank, apakah ini jalan yang benar sedangkan kami masih memiliki utang kepada saudara. Mohon bantuannya dan terima kasih banyak.

Elzha

Jawaban:
 
Assalamu'alaikum wr wb
Bu Elzha,
Ada satu hal penting yang harus Anda lakukan sebagai pengelola usaha. Yaitu memisahkan antara keuangan usaha dan keuangan pribadi. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena jika masih disatukan, maka keuangan usaha bisa terganggu oleh kebutuhan pribadi, atau sebaliknya keuangan pribadi akan terganggu oleh adanya usaha yang merugi. Dalam kasus Anda ini, yang terjadi adalah keuangan usaha Anda sepertinya terganggu oleh keuangan pribadi.

Menurut perhitungan Anda, usaha tersebut sebetulnya sudah cukup menguntungkan, tapi sudah setahun tapi modal awal pembelian kamera Belum setengah terlunasi. Ini artinya, banyak keuntungan usaha digunakan bukan untuk kepentingan usaha itu sendiri. Melainkan terpakai untuk kebutuhan pribadi secara tidak terkendali. Kenapa saya sebut tidak terkendali, karena dengan mencampurkan keuangan usaha ini ke dalam keuangan pribadi. Anda akan selalu merasa punya uang. Akhirnya, kurang kontrol dalam pengelolaan keuangan keluarga. Karena merasa bahwa penghasilan Anda didukung oleh usaha yang maju.

Tapi jangan salah, memisahkan uang usaha dan uang pribadi bukan berarti bahwa Anda tidak boleh menggunakan hasil usaha untuk kepentingan pribadi. Itu boleh-boleh saja, toh itu usaha Anda sendiri. Tapi yang jadi masalah adalah penentuan berapa sih sebetulnya yang boleh diambil untuk dipakai sendiri. Dan, berapa yang seharusnya tetap disimpan sebagai modal berputar atau untuk membayar pinjaman modal.

Saran saya Bu Elzha, catat dengan baik pemasukan dan pengeluaran usaha Anda sekarang ini. Dari situ Anda bisa menilai dengan lebih objektif apakah usaha Anda ini sebetulnya cukup menguntungkan atau tidak. Dan dengan pencatatan yang baik juga akan terlihat bahwa penghasilan dari usaha ini mungkin bisa naik dan turun pada periode tertentu atau karena sebab tertentu. Dari sini Anda bisa memutuskan berapa keuntungan usaha yang layak untuk dipakai sendiri.

Anda bisa menggunakan sistem gaji atau sistem persentase. Jika keuangan usaha cenderung stabil, tidak terlalu banyak naik turun. Maka boleh saja Anda ambil gaji tetap dari usaha itu untuk keperluan pribadi.

Besarannya sendiri bisa dihitung agar jangan sampai mengganggu jalannyausaha. Sisihkan dulu keuntungan usaha untuk biaya-biaya yang sudah diprediksi sebelumnya, untuk pembayaran utang usaha, dan untuk modal operasional beberapa bulan kedepan. Sisanya, baru boleh Anda jadikan sebagai gaji Anda sendiri sebagai pengelola usaha.

Alternatif lainnya adalah, Anda mengambil persentase tertentu dari penerimaan usaha tersebut jika siklus usahanya naik turun cukup tajam. Sebagian besar biaya pada usaha ini bersifat variabel, hanya pembayaran utang saja yang sifatnya tetap. Anda bisa hitung berapa persen biaya variabel tersebut dari penerimaan yang masuk. Ini adalah batas paling minimal uang yang harus disimpan agar usaha Anda bisa terus berjalan. Kalikan saja jadi dua kali lipat dari angka tadi untuk menjaga keuanganusaha tetap sehat dan bisa membayar utang. Sisanya persentasenya bisa Anda gunakan sebagai bagian keuntungan yang boleh Anda ambil setiap bulan.
pc_registry_cleaner.jpg
Contohnya, biaya variabel untuk membeli kaset, membayar honor dan sebagainya adalah 40 persen dari penerimaan. Kalikan dua menjadi 80 persen yang disimpan dalam usaha, dan sisanya 40 persen boleh Anda ambil keuntungannya. Tentu saja ini adalah angka kasar saja sebagai perkiraan, untuk lebih tepatnya, kita bisa hitung bersama lebih detail lagi.

Bagaimana dengan penambahan utang? Nah, ini juga bisa kita hitung untung-ruginya. Coba hitung, dengan memiliki mesin tersebut, berapa kenaikan penerimaan yang bisa Anda peroleh. Misalnya saja, selama ini Anda mendapat order shooting saja Rp 10 juta per bulan. Dan, harus mengoper pengerjaan editingnya pada orang lain dengan nilai Rp 3 juta. Artinya, dengan memiliki mesin editing sendiri, omzet Anda bisa naik menjadi Rp 13 juta per bulan karena tidak perlu lagi mengoper pekerjaan editing pada pihak lain.

Dari omzet sebesar itu, hitung berapa keuntungan bersihnya. Karena proses editing tentunya juga memakan biaya variabel. Lalu bandingkan dengan cicilan utang baru yang harus Anda bayar. Kalau cicilan itu masih bisa dibayar dengan adanya peningkatan omzet dan profit, maka lebih menguntungkan bagi Anda untuk membeli mesin editing tersebut. Kalau omzet meningkat, tapi profit ternyata turun dengan adanya pinjaman itu, ada bisa nilai seberapa lama mesin itu memiliki nilai ekonomis. Karena mesin tersebut baru akan menguntungkan kalau sudah lunas pinjamannya. Tapi, kalau peningkatan omzet masih lebih kecil daripada cicilannya, mesin itu belum saatnya Anda beli. Lunasi dulu pinjaman kamera.

Salam,
Ahmad Gozali
Perencana Keuangan

Anda Lebih Bahagia Lagi Kalau Membaca Artikel ini:

0 comments:

Post a Comment